Kalau biasanya tanggal 14 Februari identik sama cokelat dan surat cinta, beda banget ceritanya di Sulawesi Utara. Di Manado, tanggal itu justru dikenang sebagai momen heroik, di mana semangat perjuangan membara lebih panas dari cinta-cintaan. Yap, kita ngomongin tentang Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946).
Jadi, lupakan dulu bunga mawar dan surat cinta. Di artikel ini, kita bakal ngebahas kisah cinta yang jauh lebih serius—cinta pada negeri sendiri. Dan tenang, ceritanya nggak bakal bikin ngantuk. Justru bisa bikin kamu senyum-senyum sendiri sambil mewek nasionalis.
Apa Itu Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946)?
Bukan Demo Ala-Ala, Ini Kudeta Gaya Anak Negeri
Peristiwa ini bukan demo unjuk rasa pakai spanduk dan toa. Ini kudeta beneran! Tapi bukan sembarang kudeta, karena pelakunya justru anggota tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger)—alias pasukan Hindia Belanda—yang udah sadar bahwa negeri ini mesti MERDEKA, Bro!
Menurut Dr. Bambang Purwanto, sejarawan UGM:
“Peristiwa ini unik, karena dilakukan oleh orang-orang yang tadinya bagian dari sistem kolonial. Mereka sadar bahwa saatnya berpihak pada Indonesia.”
Lokasinya? Di Ujung Sulawesi
Peristiwa ini terjadi di kota Manado, tepatnya di Sulawesi Utara. Kota ini dikenal damai, tenang, dan punya pantai kece. Tapi pada 14 Februari 1946, kota ini berubah jadi panggung sejarah yang penuh drama, semangat, dan, tentu saja, bendera merah putih berkibar dengan gagah.
Latar Belakang: Kenapa Bisa Meledak?
Proklamasi Udah, Tapi Belanda Masih Ngeyel
Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, harusnya semua urusan selesai dong. Eh tapi, Belanda malah balik lagi bareng Sekutu. Lah, kayak mantan yang belum move on, maksa balikan padahal udah ditolak.
Di Manado, rakyat udah gregetan. “Ini negeri kami, bukan hotel transit penjajah,” kira-kira begitu isi hati mereka. Akhirnya, beberapa prajurit yang masih tergabung di KNIL memutuskan untuk bertindak.
Tentara KNIL Ikutan Jadi Nasionalis
Yang bikin epik, kudeta ini dilakukan oleh para prajurit lokal dari Sulawesi Utara yang selama ini gabung di KNIL. Nama-nama seperti Robert Wolter Mongisidi, Herman Lapian, dan lainnya muncul ke permukaan. Mereka bilang, “Cukup jadi pion. Sekarang saatnya jadi patriot!”
Kronologi Kejadian: Dari Tengah Malam Menuju Kemerdekaan
Serangan Kilat Sebelum Subuh
Tanggal 14 Februari 1946 dini hari, para prajurit lokal bergerak cepat. Dipimpin oleh Mayor Jan Warouw, mereka menguasai markas-markas penting milik Belanda di Manado. Dari kantor pemerintahan, gudang senjata, sampai barak tentara. Semuanya dikuasai dalam waktu singkat. Mungkin cuma butuh waktu lebih lama buat antre minuman boba.
Bendera Merah Putih Berkibar
Setelah sukses mengambil alih markas, mereka langsung kibarkan bendera merah putih. Dan inilah asal-usul nama “Peristiwa Merah Putih.” Nggak pakai basa-basi, mereka deklarasikan bahwa wilayah Manado kini berada di bawah kekuasaan Republik Indonesia.
“Kami berdiri untuk Republik, dan tidak akan tunduk lagi pada Belanda,” ujar Jan Warouw dalam pidatonya yang terekam dalam arsip sejarah lokal.
Tokoh-Tokoh Keren di Balik Aksi Berani Ini
Jan Warouw: Sang Komandan yang Nggak Nganggur
Mayor Jan Warouw, pemimpin kudeta ini, adalah sosok yang bikin sejarah bergelora. Dulunya bagian dari KNIL, dia banting setir dan memutuskan ikut Republik. Bukan demi jabatan, tapi demi harga diri bangsa.
Herman Nicolas Lapian: Politisi Rakyat Jelata
Herman Lapian adalah tokoh sipil yang turut mendukung aksi ini. Bukan cuma duduk di belakang meja, dia ikut turun langsung ke lapangan. Ia dikenal sebagai tokoh yang vokal, sederhana, dan berani bilang “tidak” ke penjajahan.
Reaksi Dunia dan Pemerintah Pusat
Jakarta Kaget Campur Bangga
Waktu berita tentang Peristiwa Merah Putih sampai ke Jakarta, reaksi pemerintah pusat antara kaget dan bangga. Soalnya, mereka nggak nyangka perjuangan rakyat bisa segede itu sampai ke ujung negeri.
“Ini menunjukkan bahwa semangat kemerdekaan sudah menyebar ke pelosok,” kata Mohammad Yamin, tokoh kemerdekaan yang juga sastrawan nasional.
Belanda? Paniklah Jelas
Pihak Belanda kaget setengah hidup. Mereka nggak nyangka pasukan yang dulunya loyal bisa berbalik arah. Akhirnya, Belanda kirim pasukan tambahan buat merebut kembali wilayah Manado. Dan seperti yang udah diduga… konflik pecah lagi.
Apa yang Terjadi Setelahnya?
Pertempuran dan Penangkapan
Sayangnya, kejadian heroik ini nggak berlangsung lama. Belanda berhasil menguasai kembali Manado beberapa minggu kemudian. Banyak tokoh penting ditangkap, sebagian dijebloskan ke penjara, dan sisanya tetap melawan dalam bentuk gerakan bawah tanah.
Tapi Semangat Nggak Pernah Padam
Walaupun kalah secara militer, semangat rakyat Sulawesi Utara tetap berkobar. Aksi ini jadi inspirasi bagi daerah lain. Bahkan sampai sekarang, rakyat Manado bangga banget sama perjuangan ini. Dan tiap 14 Februari, mereka bukan ngerayain Valentine, tapi Hari Merah Putih!
Fakta Unik Peristiwa Merah Putih
1. Kudeta yang Nggak Berdarah-darah
Beda sama pertempuran lainnya, peristiwa ini hampir nggak makan banyak korban jiwa. Karena strateginya rapi, dan para tentara lokal tahu lokasi-lokasi strategis. Efeknya? Serangan cepat dan minim bentrok!
2. Dilakukan Oleh Eks-Tentara Belanda
Lucu tapi nyata. Yang biasanya jadi bagian dari penjajahan, justru yang memberontak. Kayak pegawai yang akhirnya sadar bosnya toxic, lalu resign rame-rame dan bikin startup sendiri. Keren!
3. Dirayakan Tiap Tahun di Manado
Di Sulawesi Utara, khususnya Manado dan sekitarnya, 14 Februari diperingati dengan upacara dan berbagai acara budaya. Bukan buat rayain kasih sayang ala barat, tapi untuk mengenang keberanian luar biasa.
Pelajaran dari Peristiwa Ini
Cinta Tanah Air Itu Nggak Mengenal Status
Mau tentara, guru, petani, atau pedagang. Kalau hatinya udah merah putih, semua bisa jadi pahlawan. Peristiwa ini bukti nyata bahwa nasionalisme bisa muncul dari mana saja.
Jangan Ragu Berubah Demi Kebenaran
Para tokoh peristiwa ini dulunya adalah bagian dari sistem kolonial. Tapi ketika hati mereka terpanggil, mereka berani ambil keputusan besar. Kadang, berpihak pada kebenaran memang butuh keberanian besar.
“Lebih baik dicap pengkhianat oleh penjajah, daripada dihormati dalam kebohongan,” kata Herman Lapian dalam salah satu wawancaranya.
Relevansi Hari Ini: Masih Perlu Peristiwa Merah Putih?
Jawabannya: IYA BANGET!
Walau kita udah nggak dijajah secara fisik, tapi tantangan zaman sekarang nggak kalah berat. Korupsi, intoleransi, hoaks, sampai apatisme politik. Ini semua adalah “penjajah gaya baru” yang harus kita lawan.
Jadilah Pejuang Zaman Now
Kamu bisa mulai dari hal kecil. Rajin belajar, kerja jujur, aktif di kegiatan sosial, bahkan bikin konten edukatif. Itu semua adalah bentuk cinta tanah air. Dan siapa tahu, nama kamu kelak tercatat sebagai pahlawan digital? 😉
Penutup: Jangan Lupa Kibarkan Merah Putih di Hatimu
Peristiwa Merah Putih di Manado (14 Februari 1946) adalah cerita tentang keberanian, perubahan, dan cinta negeri. Ini bukan dongeng, tapi fakta sejarah yang membuktikan bahwa rakyat Indonesia, di mana pun berada, siap mempertahankan kemerdekaan.
Jadi, di tanggal 14 Februari nanti, jangan cuma sibuk cari cokelat buat pacar. Coba sempatkan juga buat ingat bahwa dulu, di hari yang sama, para pejuang kita rela mengorbankan kenyamanan demi masa depan negeri ini.
“Tak ada cinta yang lebih suci dari cinta pada tanah air.” – Robert Wolter Mongisidi