Pernah gak sih kamu bayangin, gimana rasanya jadi anak muda tahun 1908? Gak ada TikTok, gak ada Wi-Fi, dan ngopi di kafe masih digantikan obrolan di serambi rumah sambil ngeliatin ayam lewat. Tapi justru di tahun itulah, sebuah gerakan keren muncul. Namanya? Budi Utomo. Yup, organisasi ini lahir di tahun 1908 dan jadi cikal bakal pergerakan nasional kita. Dan percaya deh, ceritanya jauh dari kata membosankan!
Awal Mula: Saat Kebangkitan Dimulai dari Obrolan Kampus
Budi Utomo, Gerakan Nasional Pertama yang Serius Tapi Santai
Waktu itu, Hindia Belanda (nama lama Indonesia) masih dikuasai Belanda. Rakyatnya? Lagi capek, bokek, dan bingung. Tapi di tengah kegalauan nasional itu, sekelompok pelajar STOVIA—sekolah kedokteran di Batavia—tiba-tiba bikin kejutan. Mereka bukan lagi ngomongin soal ujian anatomi, tapi… masa depan bangsa!
Pada tanggal keramat, 20 Mei 1908, lahirlah Budi Utomo. Bayangin, di usia segitu, kita mungkin baru bisa nyari kos yang murah, tapi para pendiri Budi Utomo udah mikirin nasib satu bangsa. Keren gak tuh?
“Budi Utomo adalah awal kesadaran kolektif bahwa kita ini satu bangsa,” ujar Dr. Taufik Abdullah, sejarawan senior LIPI.
Jadi, jangan remehkan ide-ide dari tongkrongan kampus, ya. Bisa jadi revolusi, tuh!
Dokter Wahidin: Si Bapak Inspirator
Nah, sosok yang bikin ide ini viral di kalangan mahasiswa adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. Bukan influencer, tapi idenya “meledak” sebelum zaman trending. Beliau keliling Jawa buat ngajak kaum muda dan bangsawan buat nyumbang pendidikan. Misi mulianya? Supaya anak-anak pribumi bisa sekolah dan gak terus dijajah mental sama Belanda.
Dr. Wahidin memang gak ikut mendirikan langsung, tapi inspirasinya bikin pelajar STOVIA seperti Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan R. Tirtokoesoemo membentuk organisasi yang sekarang tercatat dengan tinta emas dalam sejarah: Budi Utomo.
Tujuan Budi Utomo: Bukan Sekadar Nongkrong Intelek
Visi: Dari Jawa Untuk Nusantara
Budi Utomo awalnya memang fokus pada kemajuan suku Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Tapi jangan salah sangka, ini bukan karena mereka anti-keberagaman, ya. Saat itu, mereka baru punya kapasitas untuk menjangkau daerah-daerah itu dulu. Istilah kerennya: mulai dari yang dekat dulu, baru ekspansi nasional.
“Perjuangan nasional memang butuh proses. Dimulai dari etnik, lalu meluas menjadi semangat kebangsaan,” jelas Prof. Sartono Kartodirdjo, tokoh sejarah pergerakan nasional.
Misi: Pendidikan, Kebudayaan, dan Kemajuan
Fokus utama Budi Utomo adalah pendidikan, karena mereka sadar bahwa pengetahuan itu kekuatan. Ya, siapa sih yang bisa melawan penjajahan tanpa otak encer? Selain itu, mereka juga memperjuangkan kebudayaan dan kemajuan masyarakat lewat diskusi, seminar ala zaman dulu, dan pertemuan lintas daerah.
Organisasi Ala Zaman Dulu: Serius Tapi Tetap Sopan
Struktur Organisasi yang Rapi Tapi Gak Kaku
Meskipun baru berdiri, Budi Utomo sudah punya sistem organisasi yang jelas: ada pengurus pusat, anggota, bahkan kongres tahunan. Jadi jangan kira mereka asal bikin gerakan. Mereka profesional. Versi 1908-nya startup sosial!
Pada kongres pertamanya di Yogyakarta, kongres nasional pertama di Indonesia, tercatat kehadiran perwakilan dari berbagai daerah. Semua datang untuk satu tujuan: Indonesia harus bangkit!
Tidak Radikal, Tapi Tetap Revolusioner
Budi Utomo itu kayak anak baik-baik tapi cerdas. Mereka tidak menggunakan kekerasan, tapi tetap menyuarakan perubahan. Pendekatannya elegan, kayak debat ala mahasiswa hukum: pakai logika, bukan emosi.
Namun, pendekatan yang terlalu “halus” ini juga jadi bahan kritik. Banyak aktivis generasi setelahnya yang merasa, “Eh, ini terlalu kalem. Kita butuh suara yang lebih keras.” Makanya, lahirlah organisasi seperti Sarekat Islam, Indische Partij, dan yang lebih keras di dekade-dekade berikutnya.
Dampak Besar dari Gerakan Kecil
Menyulut Pergerakan Nasional
Meski sempat naik-turun, lahirnya Budi Utomo (1908) itu seperti tombol “ON” buat pergerakan nasional. Setelah organisasi ini muncul, muncullah gerakan-gerakan baru yang lebih vokal, lebih luas, dan lebih berani.
Mereka berhasil menanamkan satu hal penting: kesadaran bahwa kita satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air—walau waktu itu belum ada Sumpah Pemuda sih.
Diakui Negara, Diperingati Tiap Tahun
Bukan main-main, loh. Pemerintah Indonesia resmi menetapkan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Artinya, kiprah Budi Utomo itu diakui negara. Setiap tahun, sekolah-sekolah dan instansi ramai-ramai upacara untuk mengenang momen ini. Bahkan, kadang ada lomba baca puisi dan drama sejarah juga!
Fun Fact: Apa Jadinya Kalau Budi Utomo Hidup di Zaman Sekarang?
Kalau pendiri Budi Utomo hidup di zaman sekarang, mungkin mereka bakal punya podcast “Ngobrol Nasionalisme”, atau bikin konten edukatif di YouTube dengan judul: “Kenapa Kita Gak Bisa Terus Dijajah?!”.
Mereka mungkin juga bakal viral di Twitter (atau X?), dengan tweet yang bilang,
“Bukan cuma belajar, kita juga harus bergerak! #BangkitBersama #BudiUtomo1908”
Kritik dan Evolusi: Karena Semua Hal Perlu Upgrade
Bukan Organisasi Sempurna
Budi Utomo bukan tanpa celah. Beberapa kalangan menilai mereka terlalu elitis, karena anggotanya banyak dari kalangan bangsawan dan pelajar. Rakyat kecil? Masih belum tersentuh secara langsung. Tapi, hei, mereka membuka jalan yang sebelumnya belum ada!
Akhirnya Bergabung dengan PNI
Karena perkembangan zaman dan munculnya gerakan yang lebih revolusioner, Budi Utomo perlahan kehilangan gaungnya. Pada 1935, organisasi ini resmi bergabung dengan Partai Indonesia Raya (Parindra), demi menyatukan kekuatan nasionalis.
Pelajaran dari Budi Utomo: Jangan Remehkan Ide Kecil
Mulai Dari Diri Sendiri
Lahirnya Budi Utomo (1908) mengajarkan satu hal penting: perubahan besar dimulai dari ruang sempit. Bahkan dari asrama mahasiswa. Jadi, kalau kamu lagi ngopi sambil curhat nasib bangsa bareng temen, siapa tahu itu benih revolusi, lho!
Pendidikan Itu Kunci
Mereka sadar, kunci pembebasan dari penjajahan itu bukan cuma senjata, tapi pengetahuan. Jadi, buat kamu yang masih mager belajar, ingatlah: anak-anak muda zaman dulu rela jalan kaki buat sekolah dan memperjuangkan masa depan bangsa.
Kata Pakar untuk Menyimpulkan (Biar Makin Sah)
Sejarawan Anhar Gonggong pernah mengatakan,
“Budi Utomo adalah tonggak penting, karena ia membuka jalan bagi lahirnya organisasi politik yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.”
Dan Bung Karno? Beliau juga pernah bilang bahwa kesadaran nasional pertama kali tumbuh saat anak-anak muda STOVIA mendirikan Budi Utomo. Jadi, kalau ditanya kapan kita mulai bangkit, ya jawabannya: 1908, bro!
Penutup: Dari 1908 Untuk Masa Depan
Lahirnya Budi Utomo (1908) bukan cuma bagian dari buku sejarah yang penuh tanggal dan nama. Ia adalah simbol semangat anak muda yang gak puas dengan status quo. Mereka gak punya banyak uang, gak punya senjata, tapi mereka punya satu hal: visi.
Sekarang, giliran kita. Mau tetap rebahan, atau ikut bikin perubahan? 😎